Sabtu, 26 November 2011

Agar sholat tak sekedar gerakan “ Mencapai ke-khusyukan sholat”

Agar  sholat tak sekedar gerakan “ Mencapai ke-khusyukan sholat”
Sholat merupakan tiang agama namun amat disayangkan betapa banyak dari kita merubuhkan diin(agama) kita ini dengan meninggalkan sholat. Diantara kita mungkin melaksanakan sholat itu bukan lagi hal susah dilaksanakan karena ia sudah menjadi rutinitas kita 5 kali setiap hari dan mungkin ditambah lagi dengan sholat sunnah nya. Bagi kita yang sudah menjadikan sholat ini sebagai rutinitas, pertanyaannya adalah apakah KITA benar – benar sudah menegakkan/mendirikan sholat? Atau kita hanya sekedar melaksanakan sholat. Pernahkah kita mendengar pernyataan “ sungguh celakalah orang – orang  yang sholat “? . Ya ada, pernyaan itu ada didalam alqur’an surah al-mau’n : 4. Lho kok celaka, ya ternyata org yang sholatpun masih celaka (apalagi tdk), namun orang yang sholt bagaimana ?. dalam ayat selanjutnya ayat 5 diakatakan bahwa org celaka itu adalah org yg lalai dalam sholatnya.
“ (yaitu) mereka yang melalaikan sholatnya “ ( Q.S Al-ma’un: 5).
Orang yang lalai adalah orang tidak khusyu’ dalam sholatnya. Saat kita membaca ayat kita memikirkan dunia, saat kita menghadapkan wajah kita ke baitullah / ka’bah namun kita palingkan  hati kita kepada urusan dunia. Ada ketidaksesuaian antara arah jasad dan hati kita. Padahal sholat itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu ke timur atau ke barat akan tetapi menghadapkan sepenuh hatimu kepada Allah SWT. Karena kehadiran hati adalah ruh dari sholat.
Ada beberapa hal mungkin yang harus kita hadirkan dalam batin kita saat melaksanakan sholat, yaitu :
1.     Kehadiran hati
Maksudnya mengosongkan hati dari segala sesuatu selain apa yang sedang dikerjakan dan dibaca. Artinya kita menyadari makna setiap gerakan sholat yang kita lakukan, menyadari apa yang kita baca. Semua selainnya kita lupakan saat itu, semuanya kita tinggalkan saat kita mengangangkat tangan kita saat takbirotul ihram. Saat kita telah mengangkat tangan yang pertama kali untuk sholat artinya dari kita telah menyatakan “good by” urusan dunia sekarang aku “berususan dg Rabb ku”.
2.     Kepahaman
Yaitu pengetahuan hati terhadap lafadz. Kita memahami makna – makna yang kita ucapkan. Tidak sekedar ucapan lisan tapi juga pemaknaan dengan hati.  Betapa banyak makna yang sangat halus dapat dipahami sewaktu melaksanakan sholat padahal sebelumnya makna itu tidak terdetik di dalam hatinya. Berawal dari sinilah sholat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.  
3.     Penghormatan (takzim )
Yaitu kita menghormati dan mengagumi yang kita “hadapi “ yg kita sedang sembah. Jika kita berhadapan dengan raja kita menunjukkan rasa hormat krn kita merasa kita hanya sbg rakyat atau bawahan, lantas bagaimana lagi saat kita bertemu dan berdialog langsung dengan Raja Diraja – Maharaja. Mengapa kita tdk takzim kepadaNya ?.
4.     Haibah ( rasa takut yang bersumber dari rasa hormat ).
Rasa takut ini tidak sama dengan rasa takut kepada kala jengking, kita takut kepada kala jengking bukan karena kita menghormati kala jengking ini bukan haibah. Kita takut kepada dosen / ulama yang berkarakter karena kita menghormati/ memuliakannya. Ini disebut  haibah. Jika kita bisa haibah kepada ulama maka haibah kita yang tertinggi adalah kepada Allah Swt.
5.     Harapan
Betapa banyak orang yang menghormati raja karena kekuasaan yang ditakuti namun orang itu tidak berharap  apa – apa dari raja itu. Seorang hamba dengan sholatnya seharusnya mengharapkan pahala dari Allah swt sebagaiman ia taku siksanya karena kelalaiannya. Adakah temapt berharap selainnya ?
6.     Rasa malu
Rasa malu akan terwujud karena merasa serba kurang sempurna dalam ibadah, ia mengetahui kelemahan dirinya saat dalam melaksanakan hak Allah. Ia sadar keburukan – keburukan dirinya, juga apa pun yang terdetik dalam hatinya tentang dunia walau tersembunyi.
Semoga bermanfaat
Sumber :
Diambil dari buku :kajian pensucian jiwa (tazkiyatun nafs ) intisari ihya ulumuddi
Karya Sa’id Hawwa. Hal 43


0 komentar:

Posting Komentar